Ads 468x60px

Selasa, 02 Juli 2013

Surat Keluhan Mahasiswa

Bukan satu dua kali teman-teman ngomel soal pelayanan di kampus. Dari gaya dosen mengajar yang dianggapnya kurang patut, hingga pelayanan administrasi kemahasiswaan yang kadang dianggap kurang ramah dengan kondisi kemahasiswaan STTIB. Tadi sore (01/07/2013), sebagian teman di kampus tidak diperkenankan mengikuti ujian final karena tidak membawa kartu ujian. Kontan hal ini menimbulkan reaksi teman-teman yang selama ini sudah akrab dengan dispensasi dan permakluman administrasi.
Dan salah satu aksinya adalah saya dikirimkan SMS untuk membuat Surat Keluhan Mahasiswa Mengenai Pelayanan STTIB. Katanya sih mau diajukan kepada ketua jurusan.

Wahh.., apa-apaan ini? Apakah aku ini dipercaya sebagai ahli dalam keluh-mengeluh? Okkeeehh.., ga masalah!!! Apa keluhanmu? "Sakit hati !", katanya. Hahaaaa....., lebay juga nih mahasiswa. Baik, mari kita rumuskan kata-kata paling lebaaay untuk menumpahkan keluhanmu lalu kita bungkus rapi terus kita antar ke ketua jurusan diiringi muka-muka letoy.
Kepada Ketua Jurusan Teknik Kimia STTIB yang kami hormati...!!!
Kami ini, Pak, sekumpulan mahasiswa yang tengah berjuang di ujung semangat kami yang dikembang-kempiskan oleh situasi kampus yang tidak lagi ramah dengan kami. Mereka tidak lagi melihat kami sebagai mahasiswa yang membuat kampus ini bertahan hidup di tengah kemelaratan kampus yang miskin sumber daya sehingga kami pun ikut mati gaya. Bapak ketua jurusan yang tahu persis denyut nadi dan helaan nafas kampus ini setidaknya dapat memahami bahwa tanpa kami, kampus ini hanya tinggal nama. Kami tidak hendak melecehkan martabat kemahasiswaan kami dengan bersikap lebay seperti ini, tapi kami hanya ingin menegaskan posisi kami di sini sebagai penuntut ilmu yang berhak menuntut segala hal yang wajib difasilitasi oleh kampus agar ilmu yang harus kami dapatkan terpenuhi. Tetapi sebelum semua itu dapat dipenuhi oleh pihak kampus, kami sudah ditekan untuk memenuhi aturan administrasi dengan terus mengikis toleransi. Kami tidak memungkiri bahwa kampus ini juga butuh biaya untuk berjalan, tetapi kami bukan kakinya yang harus bergerak melangkah apalagi menjadi alasnya yang selalu diinjak-injak hingga tiba masanya dicampakkan ketika sudah tak layak pakai.

Hahaaa...., habis dah kata-kataku. Yang penting lebay-nya dapat kan? Tapi sorry benget nih, terutama bagi yang menjadi tidak nyaman dengan publikasi cerita ini di blog. Ga ada maksud melecehkan ataupun menyebar hal-hal yang memalukan. Saya hanya bermaksud mengabadikan dinamika kemahasiswaan kita yang kadang konyol, menggelikan, lebay tapi saya kira akan menjadi cerita menarik di suatu saat nanti tanpa kita harus malu bahkan kita akan bersemangat ketika mengenang atau mengisahkannya kembali.

Mengenai kondisi STTIB saat ini, memang kita tidak boleh diam ataupun mendiamkannya. Untuk suatu kampus perguruan tinggi, tidak ada suatu kondisi mapan yang dapat dicapai hingga segenap civitas akademikanya merasa nyaman dan bertahan pada kondisinya. Terlebih bagi STTIB yang masih berjuang untuk eksis di antara perguruan tinggi besar dengan nama besar. Tapi sebagai mahasiswa, kita tidak boleh hanya bergerak reaktif. Mahasiswa bergerak dan bersuara bukan hanya ketika hak dasar pribadinya terusik, tetapi lebih jauh karena dorongan intelektual untuk memperbaiki kondisi dan terus.melakukan perubahan. Gerakan mahasiswa harus terstruktur, terformat dalam suatu paradigma gerakan yang terarah dan mempunyai visi mulia masa depan yang jelas. Meskipun benar bahwa ada mahasiswa yang bergerak atau bersuara karena kepentingan pribadinya, karena kepentingan orang lain yang membayarnya ataupun kepentingan lain yang tidak mencirikan karakter golongan terpelajar, tetapi sebagai manusia pembelajar, tidak ada kata berhenti bersuara atas nama kebenaran meski fobia demonstrasi oleh masyarakat awam terus membayangi.

0 komentar:

Posting Komentar

 
 
Blogger Templates