Ads 468x60px

Selasa, 02 Juli 2013

Surat Keluhan Mahasiswa

Bukan satu dua kali teman-teman ngomel soal pelayanan di kampus. Dari gaya dosen mengajar yang dianggapnya kurang patut, hingga pelayanan administrasi kemahasiswaan yang kadang dianggap kurang ramah dengan kondisi kemahasiswaan STTIB. Tadi sore (01/07/2013), sebagian teman di kampus tidak diperkenankan mengikuti ujian final karena tidak membawa kartu ujian. Kontan hal ini menimbulkan reaksi teman-teman yang selama ini sudah akrab dengan dispensasi dan permakluman administrasi.

Senin, 24 Juni 2013

Mahasiswa Kelelawar


Bontang kota kecil nan mungil
Dikelilingi industri raksasa dunia yang mengangkasa
Menguasai dunia dengan gas dan bara
Tapi di sudut, bahkan di tengah kota
Masih terjerit keluh warganya
Menunggu dicatat sebagai warga miskin
Untuk mencukupi makan atau mendaftar anak sekolah

Di sini mahasiswa adalah sang kelelawar
Yang mencari mangsa ilmu menjelang malam
Karena di siang hari mereka menggantung diri
Di pabrik-pabrik atau di gedung kantor

Bontang kota kecil nan mungil
Akankah engkau juga menjadi kelelawar
Yang turut menggantung diri
Kala obor PT. Badak masih menyala terang
Kala Pupuk Kaltim masih bercahaya bagi petani

Bontang kota kecil nan mungil
Kini engkau masih ada masa untuk berhitung
Kekuatan apa yang akan engkau gunakan untuk berjaga
Setelah cerah langitmu mulai memudar
Saat cadangan gas mulai menipis
Dan batu bara di sekitarmu berpindah negeri

Engkau masih banyak pilihan
Memaksimalkan kekuatanmu kini
Menjadikan kotamu tujuan wisata para pembelajar
Atau tetap menjadi tujuan penjaja ijazah mencari kerja

Kamis, 09 Mei 2013

HANDWRITTEN REPORT : Dari Laporan Sementara ke Laporan Akhir

Cukup lama juga saya tidak memposting tulisan di blog ini. Entah sibuk atau malas, tetapi keinginan selalu ada bahkan kesempatan pun cukup. Ada beberapa "prahara" di kampus yang sering mengusik keinginan saya untuk mengulasnya dalam sudut pandang pribadi saya, tetapi keinginan itu kadang pupus dengan sendirinya seiring dengan rasa malas yang menggelayut di setiap ranting ide sehingga kemudian layu dan patah, mengering lalu terbang tersapu badai. 

Salah satu hal yang memancing 'kegalauan' teman-teman di Jurusan Teknik Kimia STTIB akhir-akhir ini adalah menyangkut pelaksanaan praktikum. Penerapan gaya baru pada pelaksanaan praktikum Kimia Organik kontan menuai protes 'terselubung' dalam bentuk keluhan, cercaan meskipun pada akhirnya dijalani dengan rasa tidak nyaman. Memang dalam kenyataan yang kita alami lebih sering kita merasa nyaman pada situasi yang terlanjur biasa bagi kita dan enggan untuk beringsut ke situasi yang lain meskipun mungkin lebih baik dari sebelumnya. Ada beberapa kebiasaan lama teman-teman di kampus -termasuk penulis juga- diantaranya adalah menunda-nunda kewajiban administratif di kampus seperti pembayaran biaya praktikum. Penegasan untuk membayar biaya praktikum sebelum pelaksanaan sudah cukup mengundang kegelisahan apalagi disertai dengan 'ancaman' dari tidak diperkenankan mengikuti praktikum hingga tidak bisa mengikuti ujian. Bagi saya tidak ada yang salah dalam penegasan ini meskipun banyak hal yang saya kira lebih penting dari sekedar membuat mahasiswa merasa terpaksa membayar.

'Cobaan' berikutnya adalah sistem pelaporan yang menganut konsep handwriting (tulisan tangan) untuk laporan sementara. Cukup repot memang bagi yang sudah terbiasa copy-paste dari internet ataupun laporan teman, tetapi saya kira ada juga manfaatnya untuk tidak sekedar menyalin minus membaca tetapi tulisan tangan membuat kita -lebih sering terpaksa- menyalin plus membaca. Tetapi dalam beberapa kenyataan, menulis dalam situasi mengejar target penyelesaian laporan menjadi bersifat mekanis, yaitu menulis bagai mesin cetak yang tidak menyadari apa yang ditulisnya. 

Sesuai dengan sosialisasi pra pelaksanaan praktikum bahwa laporan sementara dibuat secara individu dan akan disatukan dalam laporan kelompok sebagai laporan akhir. Entah mengapa, pada akhir pelaksanaan praktikum ternyata ada perubahan  gaya dan menjelmalah laporan sementara itu sebagai wujud laporan akhir dan tetap atas nama perorangan. Meskipun kalangan praktikan dapat menerima, tetapi inkonsistensi pelaksanaan kebijakan ini menjadi 'cacat sistemik' yang sangat tidak etis dalam rangka proses penegasan aturan akademik.

Hal yang tidak kalah penting adalah pada saat pelaksanaan praktikum yang terkesan tidak ter-manage dengan baik. Pembagian alat dan bahan yang tidak diberikan per kelompok membuat konsentrasi praktikan menumpuk pada salah satu sudut ruang laboratorium sehingga pelaksanaannya kurang efektif. Entah karena kekurangan bahan dan alat sehingga penyiapannya dibatasi, tetapi yang pasti untuk pemakaian bahan tidak akan lebih efisien dengan satu tempat daripada dibagi per kelompok. Dan lebih penting dari itu semua adalah keterlibatan semua praktikan dalam mengeksplorasi dan bereksperimen jauh lebih penting daripada menghemat bahan dan alat yang sejatinya telah -atau akan- dibayar oleh mahasiswa.

Terakhir saya ingin sedikit menyitir pemberian toleransi kegiatan akademik bagi mahasiswa pekerja terutama dengan sistem shift kerja yang berubah-ubah. Mahasiswa STTIB didominasi oleh pekerja. Hal ini sangat wajar karena mahasiswa yang memilih kuliah di sini pada umumnya adalah mereka belum sempat menikmati bangku kuliah sebelum akhirnya memilih bekerja dengan berbagai alasan. Dan saya kira kehadiran STTIB pun salah satunya adalah untuk mengakomodasi keinginan melanjutkan belajar ke perguruan tinggi bagi para pekerja yang ada di Kota Bontang dan sekitarnya. Tidak cukup alasan strategis untuk menerima hanya mahasiswa murni di kampus ini karena mereka pasti lebih memilih kuliah di luar kota daripada di Bontang. Upaya untuk membatasi bahkan menghapus 'permakluman' bagi mahasiswa pekerja untuk tidak mengikuti kegiatan akademik sesuai jadwal akan menjadi momok bagi kampus ini. Karena jika kampus ini sudah 'kurang ramah' pada pola shift kerja mahasiswanya, maka tentunya pilihan terberat akan jatuh pada pekerjaan daripada kuliah. Sebagai efek kronisnya adalah STTIB semakin kekurangan mahasiswa dan tentunya berakibat kurang baik bagi strategi jangka panjang dan misi perguruan tinggi.

Saya kira dengan beberapa permasalahan di atas cukup untuk membina sikap bijaksana dan sekaligus lebih cerdas bagi mahasiswa untuk tetap kritis menghadapi berbagai permasalahan baik pribadi maupun lingkup akademik.

Berikut ini saya lampirkan salah satu hasil laporan praktikum Kimia Organik dalam hasil scan tulisan tangan yang tersimpan dalam file format pdf. Belum cukup untuk dijadikan referensi, tetapi kiranya dapat memperlihatkan betapa indahnya tulisan tangan saya. Jika berkenan dapat diunduh di sini atau melalui preview slideshare di bawah ini.


Jumat, 18 Januari 2013

PROGRAM BEM : LITBANG

Penelitian dan Pengembangan atau Lit-Bang dalam Bahasa Inggris disebut Research and Development atau biasa disingkat R&D. Penelitain dan pengembangan mengacu pada bidang tertentu dalam suatu kegiatan bisnis. Meski terdapat perbedaan bidang kegiatan litbang dari suatu perusahaan dan perusahaan lainnya, tetapi kegiatan ini dapat dikategorisasi dalam dua model. Pertama, fungsi utama dari  bidang litbang adalah untuk mengembangkan produk-produk baru. Model ini diperankan oleh para engineer. Kedua, fungsinya adalah untuk menemukan dan menciptakan pengetahuan baru tentang topik ilmiah dan teknologi untuk tujuan mengungkap dan memungkinkan pengembangan produk baru, proses, dan jasa. Model ini diperankan oleh para ilmuwan industri.

Dalam level organisasi, Penelitian dan Pengembangan dimaksudkan sebagai bidang yang bertugas melakukan penelitain dan pengembangan untuk meningkatkan kinerja organisasi. Sehubungan dengan hal ini, Departemen Litbang BEM STTIB mencoba mengusulkan program kerja untuk mencapai sasaran tersebut sebagai berikut :
  1. Upgrading pengurus BEM (1 kali, Februari atau Maret)
  2. Pelatihan/workshop metodologi penelitian dan teknik pelaporan (1 kali, September)
  3. Pengkajian efektifitas struktur dan program kerja BEM (2 kali, per semester)
  4. Evaluasi kinerja pengurus BEM (triwulan)
  5. Penelitian kondisi kampus STTIB (1 kali)
  6. Pengembangan teknologi tepat guna (tentatif)
Program tersebut masih dalam tahap usulan dan kami memohon kesediaan rekan-rekan mahasiswa untuk memberikan kritik, saran dan masukan guna efektifnya program kerja tersebut. Kepada saudara ketua untuk segera mengagendakan rapat untuk finalisasi penyusunan program kerja BEM.

Saran, kritik dan masukan dapat disampaikan melalui komentar di bawah posting ini. Terimakasih!!!
Soft copy dalam format excel dapat didownlod di sini.

Kamis, 17 Januari 2013

UAS, PROGRAM KERJA DAN VISI KETUA BEM

Berkutat dengan kondisi yang butuh segera dibenahi, banyak tugas yang menuntut segera dituntaskan, banyak persoalan yang harus segera dijawab. Ini adalah bukti kesadaran kemanusiaan kita bahwa kita tidak sepantasnya nyaman pada satu zona yang melenakan dan mengenggankan langkah kita untuk menjejakkan kaki di rute perubahan. Merenjis titik kesadaran ini pada semangat yang menggelora diharapkan mampu memantik api perubahan yang akan membakar setiap kejumudan, stagnasi dan status quo.

Merintis perguruan tinggi di daerah industri seperti Kota Bontang tentunya memiliki maksud untuk merespons kebutuhan lokal SDM. Tetapi pasti tidak mudah. Banyak tantangan yang harus dihadapi, terutama sistem dan pola perkuliahan yang harus mengakomodasi mayoritas mahasiswa dan calon mahasiswanya yang berstatus pekerja atau karyawan. Jika tidak, maka perguruan tinggi tersebut hanya akan pamer nama tanpa mahasiswa. Di samping itu, tentu keberadaan perguruan tinggi ini tidak ingin dicap sebagai pabrik ijazah tanpa menawarkan kualitas dan profesionalisme yang dibutuhkan. Sehingga diperlukan pemikiran dan usaha yang lebih serius dari segenap civitas academica untuk bahu-membahu membenahi celah-celah yang butuh perbaikan agar keberadaan kampus dalam komunitas industri dapat tampil sebagai kampus yang tidak hanya berskala lokal, tetapi menjadi wisata pendidikan tinggi yang akan menarik para pengunjung dari manapun yang hendak 'memanjakan' hasrat intelektualnya. Menyadari tantangan dan merentas harapan ini, mahasiswa sebagai bagian dari civitas academica dan generasi muda yang mengusung tonggak idealisme harus lebih progresif menggalang pemikiran untuk menjadikan kampus tempatnya menuntut ilmu juga sebagai hamparan untuk menata perubahan ke arah yang lebih baik. Menengok ke belakang dari lembaran sejarah bangsa,  pergerakan mahasiswa seringkali menjadi cikal bakal pergerakan nasional, sehingga optimisme yang lahir dari semangat mahasiswa untuk 'membangun' kampusnya tentu akan membawa pengaruh besar untuk menggerakkan setiap elemen yang memiliki kekuatan dan kewenangan untuk lebih serius membenahi dan memajukan lembaga ini.

Sekolah Tinggi Teknologi Industri Bontang (STTIB) yang hadir dalam lingkar industri raksasa di Kota Bontang  membawa misi peningkatan daya saing dalam memasuki pasar tenaga kerja di sekitar industri. Saat ini masih banyak orang yang terperangkap dalam pandangan sempit bahwa rekrutmen tenaga kerja harus mendahulukan tenaga lokal. Pihak industri tentu tidak mau rugi dengan mempekerjakan tenaga tanpa skill, sehingga tidak ada alasan untuk melokalisasi penerimaan tenaga kerja agar mendapatkan orang terbaik yang dapat menguntungkan dan memajukan perusahaan. Inilah yang menjadi tantangan berat bagi STTIB untuk dapat bersaing secara global. Mahasiswa STTIB hingga saat ini belum seberapa dalam segi kuantitas, apalagi dukungan fasilitas dan SDM pengelolanya masih sangat terbatas, tetapi keinginan untuk 'membesarkan' kampus ini dalam segi kualitas sangat menggebu-gebu. Terbentuknya kembali pengurus Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) di lingkungan STTIB kiranya dapat mengorganisir kekuatan mahasiswa agar semangat yang tercerai-berai menyatu dalam pergerakan untuk memajukan kampus disamping tetap mengemban tugas lainnya yang diamanatkan dalam Tridharma Perguruan Tinggi.

Mewakilkan pemantik api perubahan dalam kondisi kita di 'kampus pekerja' STTIB, gereget ketua BEM  yang baru terpilih kiranya mendapat dukungan positif teristimewa dari rekan-rekan mahasiswa yang tidak ingin sekedar numpang lewat di jalur SKS tanpa berbuat sesuatu sebagai bukti perjuangan. Idealisme bukan milik eksklusif mahasiswa, tetapi status kemahasiswaan telah menjadi simbol idealisme dari setiap masa di setiap tempat. Ketika kesadaran ini masih tersemat di attribut nurani kemahasiswaan kita, kita tidak akan membiarkan ketua BEM menenteng semangatnya seorang diri dan menawarkan ke hadapan kita sembari memelas meminta dukungan. Jika pada saat ujian akhir semester (UAS) pun Sang Ketua masih sempat 'berpusing' dengan program kerja BEM yang belum tuntas, kita yang sebelumnya mendengar visinya saat pencalonan tentu tidak heran ketika dihadapkan pada dua tuntutan antara tanggung jawab sebagai ketua BEM dan target akademik yang juga wajib baginya.

Menyadari kondisi kampus yang mayoritas mahasiswanya adalah pekerja, ketua BEM tentunya tidak akan naif segera menyalahkan pihak manapun ketika mahasiswa terkendala pada rutinitas kerja yang menghegemoni aktivitasnya dan membatasi geraknya untuk aktif dalam kegiatan organisasi kemahasiswaan. Karakter sebagai kampus pekerja bukanlah sesuatu yang harus dilemahkan ketika kekuatan manajerial BEM mampu membangun jembatan ruang dan waktu sehingga setiap elemen organisasi tetap menyatu dalam komitmen dan terus bergerak dengan cara yang unik mengemban amanah organisasi. Sangat menarik ketika ketua BEM menyampaikan visi dan misinya sesaat sebelum dilakukan pemilihan secara langsung. Ketika itu, calon ketua diberi tantangan untuk menjawab keadaan ketika dihadapkan pada suatu tugas organisasi yang harus dikerjakan dan di sisi lain berhadapan dengan rutinitas akademik yang juga menjad haknya. Tanggapan yang diberikan saat itu tentu berimplikasi pada saat terakhir ini ketika ujian akhir semester tengah berjalan sementara target menyelesaikan penyusunan program kerja belum juga tercapai. Ketua BEM bukanlah manusia sempurna sehingga kita yang tergabung dalam elemen organisasi ini tidak boleh hanya menuntut  konsekuensi logis visi dan misi ketua BEM, tetapi seharusnya mengemban visi dan misi itu secara bersama. Pada setiap organisasi yang tidak menjanjikan keuntungan finansial, hambatan-hambatan klasik seperti kesibukan lain yang diklaim sepihak lebih penting oleh anggotanya sering menjadi pembenaran untuk tidak aktif dalam kegiatan organisasi. Tetapi bagi yang memahami arti penting sebuah organisasi justru melihat jika hambatan yang terus membayangi setiap geraknya menjadi alasan untuk lebih aktif berorganisasi agar mampu mengelola hidupnya dengan belajar bersama.
 
 
Blogger Templates