Ads 468x60px

Kamis, 09 Mei 2013

HANDWRITTEN REPORT : Dari Laporan Sementara ke Laporan Akhir

Cukup lama juga saya tidak memposting tulisan di blog ini. Entah sibuk atau malas, tetapi keinginan selalu ada bahkan kesempatan pun cukup. Ada beberapa "prahara" di kampus yang sering mengusik keinginan saya untuk mengulasnya dalam sudut pandang pribadi saya, tetapi keinginan itu kadang pupus dengan sendirinya seiring dengan rasa malas yang menggelayut di setiap ranting ide sehingga kemudian layu dan patah, mengering lalu terbang tersapu badai. 

Salah satu hal yang memancing 'kegalauan' teman-teman di Jurusan Teknik Kimia STTIB akhir-akhir ini adalah menyangkut pelaksanaan praktikum. Penerapan gaya baru pada pelaksanaan praktikum Kimia Organik kontan menuai protes 'terselubung' dalam bentuk keluhan, cercaan meskipun pada akhirnya dijalani dengan rasa tidak nyaman. Memang dalam kenyataan yang kita alami lebih sering kita merasa nyaman pada situasi yang terlanjur biasa bagi kita dan enggan untuk beringsut ke situasi yang lain meskipun mungkin lebih baik dari sebelumnya. Ada beberapa kebiasaan lama teman-teman di kampus -termasuk penulis juga- diantaranya adalah menunda-nunda kewajiban administratif di kampus seperti pembayaran biaya praktikum. Penegasan untuk membayar biaya praktikum sebelum pelaksanaan sudah cukup mengundang kegelisahan apalagi disertai dengan 'ancaman' dari tidak diperkenankan mengikuti praktikum hingga tidak bisa mengikuti ujian. Bagi saya tidak ada yang salah dalam penegasan ini meskipun banyak hal yang saya kira lebih penting dari sekedar membuat mahasiswa merasa terpaksa membayar.

'Cobaan' berikutnya adalah sistem pelaporan yang menganut konsep handwriting (tulisan tangan) untuk laporan sementara. Cukup repot memang bagi yang sudah terbiasa copy-paste dari internet ataupun laporan teman, tetapi saya kira ada juga manfaatnya untuk tidak sekedar menyalin minus membaca tetapi tulisan tangan membuat kita -lebih sering terpaksa- menyalin plus membaca. Tetapi dalam beberapa kenyataan, menulis dalam situasi mengejar target penyelesaian laporan menjadi bersifat mekanis, yaitu menulis bagai mesin cetak yang tidak menyadari apa yang ditulisnya. 

Sesuai dengan sosialisasi pra pelaksanaan praktikum bahwa laporan sementara dibuat secara individu dan akan disatukan dalam laporan kelompok sebagai laporan akhir. Entah mengapa, pada akhir pelaksanaan praktikum ternyata ada perubahan  gaya dan menjelmalah laporan sementara itu sebagai wujud laporan akhir dan tetap atas nama perorangan. Meskipun kalangan praktikan dapat menerima, tetapi inkonsistensi pelaksanaan kebijakan ini menjadi 'cacat sistemik' yang sangat tidak etis dalam rangka proses penegasan aturan akademik.

Hal yang tidak kalah penting adalah pada saat pelaksanaan praktikum yang terkesan tidak ter-manage dengan baik. Pembagian alat dan bahan yang tidak diberikan per kelompok membuat konsentrasi praktikan menumpuk pada salah satu sudut ruang laboratorium sehingga pelaksanaannya kurang efektif. Entah karena kekurangan bahan dan alat sehingga penyiapannya dibatasi, tetapi yang pasti untuk pemakaian bahan tidak akan lebih efisien dengan satu tempat daripada dibagi per kelompok. Dan lebih penting dari itu semua adalah keterlibatan semua praktikan dalam mengeksplorasi dan bereksperimen jauh lebih penting daripada menghemat bahan dan alat yang sejatinya telah -atau akan- dibayar oleh mahasiswa.

Terakhir saya ingin sedikit menyitir pemberian toleransi kegiatan akademik bagi mahasiswa pekerja terutama dengan sistem shift kerja yang berubah-ubah. Mahasiswa STTIB didominasi oleh pekerja. Hal ini sangat wajar karena mahasiswa yang memilih kuliah di sini pada umumnya adalah mereka belum sempat menikmati bangku kuliah sebelum akhirnya memilih bekerja dengan berbagai alasan. Dan saya kira kehadiran STTIB pun salah satunya adalah untuk mengakomodasi keinginan melanjutkan belajar ke perguruan tinggi bagi para pekerja yang ada di Kota Bontang dan sekitarnya. Tidak cukup alasan strategis untuk menerima hanya mahasiswa murni di kampus ini karena mereka pasti lebih memilih kuliah di luar kota daripada di Bontang. Upaya untuk membatasi bahkan menghapus 'permakluman' bagi mahasiswa pekerja untuk tidak mengikuti kegiatan akademik sesuai jadwal akan menjadi momok bagi kampus ini. Karena jika kampus ini sudah 'kurang ramah' pada pola shift kerja mahasiswanya, maka tentunya pilihan terberat akan jatuh pada pekerjaan daripada kuliah. Sebagai efek kronisnya adalah STTIB semakin kekurangan mahasiswa dan tentunya berakibat kurang baik bagi strategi jangka panjang dan misi perguruan tinggi.

Saya kira dengan beberapa permasalahan di atas cukup untuk membina sikap bijaksana dan sekaligus lebih cerdas bagi mahasiswa untuk tetap kritis menghadapi berbagai permasalahan baik pribadi maupun lingkup akademik.

Berikut ini saya lampirkan salah satu hasil laporan praktikum Kimia Organik dalam hasil scan tulisan tangan yang tersimpan dalam file format pdf. Belum cukup untuk dijadikan referensi, tetapi kiranya dapat memperlihatkan betapa indahnya tulisan tangan saya. Jika berkenan dapat diunduh di sini atau melalui preview slideshare di bawah ini.


 
 
Blogger Templates