Ads 468x60px

Jumat, 18 Januari 2013

PROGRAM BEM : LITBANG

Penelitian dan Pengembangan atau Lit-Bang dalam Bahasa Inggris disebut Research and Development atau biasa disingkat R&D. Penelitain dan pengembangan mengacu pada bidang tertentu dalam suatu kegiatan bisnis. Meski terdapat perbedaan bidang kegiatan litbang dari suatu perusahaan dan perusahaan lainnya, tetapi kegiatan ini dapat dikategorisasi dalam dua model. Pertama, fungsi utama dari  bidang litbang adalah untuk mengembangkan produk-produk baru. Model ini diperankan oleh para engineer. Kedua, fungsinya adalah untuk menemukan dan menciptakan pengetahuan baru tentang topik ilmiah dan teknologi untuk tujuan mengungkap dan memungkinkan pengembangan produk baru, proses, dan jasa. Model ini diperankan oleh para ilmuwan industri.

Dalam level organisasi, Penelitian dan Pengembangan dimaksudkan sebagai bidang yang bertugas melakukan penelitain dan pengembangan untuk meningkatkan kinerja organisasi. Sehubungan dengan hal ini, Departemen Litbang BEM STTIB mencoba mengusulkan program kerja untuk mencapai sasaran tersebut sebagai berikut :
  1. Upgrading pengurus BEM (1 kali, Februari atau Maret)
  2. Pelatihan/workshop metodologi penelitian dan teknik pelaporan (1 kali, September)
  3. Pengkajian efektifitas struktur dan program kerja BEM (2 kali, per semester)
  4. Evaluasi kinerja pengurus BEM (triwulan)
  5. Penelitian kondisi kampus STTIB (1 kali)
  6. Pengembangan teknologi tepat guna (tentatif)
Program tersebut masih dalam tahap usulan dan kami memohon kesediaan rekan-rekan mahasiswa untuk memberikan kritik, saran dan masukan guna efektifnya program kerja tersebut. Kepada saudara ketua untuk segera mengagendakan rapat untuk finalisasi penyusunan program kerja BEM.

Saran, kritik dan masukan dapat disampaikan melalui komentar di bawah posting ini. Terimakasih!!!
Soft copy dalam format excel dapat didownlod di sini.

Kamis, 17 Januari 2013

UAS, PROGRAM KERJA DAN VISI KETUA BEM

Berkutat dengan kondisi yang butuh segera dibenahi, banyak tugas yang menuntut segera dituntaskan, banyak persoalan yang harus segera dijawab. Ini adalah bukti kesadaran kemanusiaan kita bahwa kita tidak sepantasnya nyaman pada satu zona yang melenakan dan mengenggankan langkah kita untuk menjejakkan kaki di rute perubahan. Merenjis titik kesadaran ini pada semangat yang menggelora diharapkan mampu memantik api perubahan yang akan membakar setiap kejumudan, stagnasi dan status quo.

Merintis perguruan tinggi di daerah industri seperti Kota Bontang tentunya memiliki maksud untuk merespons kebutuhan lokal SDM. Tetapi pasti tidak mudah. Banyak tantangan yang harus dihadapi, terutama sistem dan pola perkuliahan yang harus mengakomodasi mayoritas mahasiswa dan calon mahasiswanya yang berstatus pekerja atau karyawan. Jika tidak, maka perguruan tinggi tersebut hanya akan pamer nama tanpa mahasiswa. Di samping itu, tentu keberadaan perguruan tinggi ini tidak ingin dicap sebagai pabrik ijazah tanpa menawarkan kualitas dan profesionalisme yang dibutuhkan. Sehingga diperlukan pemikiran dan usaha yang lebih serius dari segenap civitas academica untuk bahu-membahu membenahi celah-celah yang butuh perbaikan agar keberadaan kampus dalam komunitas industri dapat tampil sebagai kampus yang tidak hanya berskala lokal, tetapi menjadi wisata pendidikan tinggi yang akan menarik para pengunjung dari manapun yang hendak 'memanjakan' hasrat intelektualnya. Menyadari tantangan dan merentas harapan ini, mahasiswa sebagai bagian dari civitas academica dan generasi muda yang mengusung tonggak idealisme harus lebih progresif menggalang pemikiran untuk menjadikan kampus tempatnya menuntut ilmu juga sebagai hamparan untuk menata perubahan ke arah yang lebih baik. Menengok ke belakang dari lembaran sejarah bangsa,  pergerakan mahasiswa seringkali menjadi cikal bakal pergerakan nasional, sehingga optimisme yang lahir dari semangat mahasiswa untuk 'membangun' kampusnya tentu akan membawa pengaruh besar untuk menggerakkan setiap elemen yang memiliki kekuatan dan kewenangan untuk lebih serius membenahi dan memajukan lembaga ini.

Sekolah Tinggi Teknologi Industri Bontang (STTIB) yang hadir dalam lingkar industri raksasa di Kota Bontang  membawa misi peningkatan daya saing dalam memasuki pasar tenaga kerja di sekitar industri. Saat ini masih banyak orang yang terperangkap dalam pandangan sempit bahwa rekrutmen tenaga kerja harus mendahulukan tenaga lokal. Pihak industri tentu tidak mau rugi dengan mempekerjakan tenaga tanpa skill, sehingga tidak ada alasan untuk melokalisasi penerimaan tenaga kerja agar mendapatkan orang terbaik yang dapat menguntungkan dan memajukan perusahaan. Inilah yang menjadi tantangan berat bagi STTIB untuk dapat bersaing secara global. Mahasiswa STTIB hingga saat ini belum seberapa dalam segi kuantitas, apalagi dukungan fasilitas dan SDM pengelolanya masih sangat terbatas, tetapi keinginan untuk 'membesarkan' kampus ini dalam segi kualitas sangat menggebu-gebu. Terbentuknya kembali pengurus Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) di lingkungan STTIB kiranya dapat mengorganisir kekuatan mahasiswa agar semangat yang tercerai-berai menyatu dalam pergerakan untuk memajukan kampus disamping tetap mengemban tugas lainnya yang diamanatkan dalam Tridharma Perguruan Tinggi.

Mewakilkan pemantik api perubahan dalam kondisi kita di 'kampus pekerja' STTIB, gereget ketua BEM  yang baru terpilih kiranya mendapat dukungan positif teristimewa dari rekan-rekan mahasiswa yang tidak ingin sekedar numpang lewat di jalur SKS tanpa berbuat sesuatu sebagai bukti perjuangan. Idealisme bukan milik eksklusif mahasiswa, tetapi status kemahasiswaan telah menjadi simbol idealisme dari setiap masa di setiap tempat. Ketika kesadaran ini masih tersemat di attribut nurani kemahasiswaan kita, kita tidak akan membiarkan ketua BEM menenteng semangatnya seorang diri dan menawarkan ke hadapan kita sembari memelas meminta dukungan. Jika pada saat ujian akhir semester (UAS) pun Sang Ketua masih sempat 'berpusing' dengan program kerja BEM yang belum tuntas, kita yang sebelumnya mendengar visinya saat pencalonan tentu tidak heran ketika dihadapkan pada dua tuntutan antara tanggung jawab sebagai ketua BEM dan target akademik yang juga wajib baginya.

Menyadari kondisi kampus yang mayoritas mahasiswanya adalah pekerja, ketua BEM tentunya tidak akan naif segera menyalahkan pihak manapun ketika mahasiswa terkendala pada rutinitas kerja yang menghegemoni aktivitasnya dan membatasi geraknya untuk aktif dalam kegiatan organisasi kemahasiswaan. Karakter sebagai kampus pekerja bukanlah sesuatu yang harus dilemahkan ketika kekuatan manajerial BEM mampu membangun jembatan ruang dan waktu sehingga setiap elemen organisasi tetap menyatu dalam komitmen dan terus bergerak dengan cara yang unik mengemban amanah organisasi. Sangat menarik ketika ketua BEM menyampaikan visi dan misinya sesaat sebelum dilakukan pemilihan secara langsung. Ketika itu, calon ketua diberi tantangan untuk menjawab keadaan ketika dihadapkan pada suatu tugas organisasi yang harus dikerjakan dan di sisi lain berhadapan dengan rutinitas akademik yang juga menjad haknya. Tanggapan yang diberikan saat itu tentu berimplikasi pada saat terakhir ini ketika ujian akhir semester tengah berjalan sementara target menyelesaikan penyusunan program kerja belum juga tercapai. Ketua BEM bukanlah manusia sempurna sehingga kita yang tergabung dalam elemen organisasi ini tidak boleh hanya menuntut  konsekuensi logis visi dan misi ketua BEM, tetapi seharusnya mengemban visi dan misi itu secara bersama. Pada setiap organisasi yang tidak menjanjikan keuntungan finansial, hambatan-hambatan klasik seperti kesibukan lain yang diklaim sepihak lebih penting oleh anggotanya sering menjadi pembenaran untuk tidak aktif dalam kegiatan organisasi. Tetapi bagi yang memahami arti penting sebuah organisasi justru melihat jika hambatan yang terus membayangi setiap geraknya menjadi alasan untuk lebih aktif berorganisasi agar mampu mengelola hidupnya dengan belajar bersama.
 
 
Blogger Templates